Jumat, 08 September 2023

REAKSI REDOKS DAN ATURAN BILANGAN OKSIDASI


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

 Petunjuk Pembelajaran 

  • Pelajari Materi  Reaksi Redoks dan aturan Bilangan Oksidasi dibawah ini ( salin/catat materinya pada catatan buku kimia 

Materi

Konsep reaksi reduksi dan oksidasi mengalami perkembangan dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan.

1. Reaksi redoks sebagai reaksi pengikatan dan pelepasan oksigen
                Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen. Contoh: Perkaratan besi (Fe). 
                   

           Reduksi adalah reaksi pelepasan atau pengurangan oksigen. Contoh: Reduksi bijih besi dengan CO. 
2. Reaksi redoks sebagai reaksi pelepasan dan pengikatan / penerimaan elektron
    Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron. 
    Contoh: (setengah reaksi oksidasi).
  
    Reduksi adalah reaksi pengikatan atau penerimaan elektron. 
    Contoh: (setengah reaksi reduksi). 
Oleh karena banyak reaksi redoks yang tidak dapat dijelaskan  dengan konsep pengikatan oksigen maupun transfer elektron  maka para pakar kimia mengembangkan konsep alternatif, yaitu perubahan bilangan oksidasi. Menurut konsep  ini,  jika  dalam  reaksi  bilangan  oksidasi  atom  meningkat  maka atom  tersebut  mengalami  oksidasi.  Sebaliknya,  jika  bilangan  oksidasinya turun  maka  atom  tersebut  mengalami  reduksi.
Untuk  mengetahui  suatu  reaksi tergolong reaksi redoks atau bukan menurut konsep perubahan bilangan oksidasi maka perlu diketahui bilangan oksidasi dari setiap atom, baik dalam pereaksi maupun  hasil  reaksi.
Berdasarkan  diagram  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa:
Atom  S  mengalami  kenaikan  biloks  dari  +4  menjadi  +6,  peristiwa ini  disebut  oksidasi; atom O mengalami penurunan biloks dari 0 menjadi –2, peristiwa ini disebut  reduksi. Dengan  demikian,  reaksi  tersebut  adalah  reaksi  redoks.
Oleh  karena molekul  O menyebabkan  molekul  SO teroksidasi  maka molekul  O adalah  oksidator.  Molekul  O sendiri  mengalami  reduksi  akibat  molekul SO sehingga  SO disebut reduktor.
     Reduktor atau pereduksi adalah senyawa yang menyebabkan senyawa lain mengalami reduksi (dia sendiri mengalami oksidasi)
    Oksidator atau pengoksidasi adalah senyawa yang menyebabkan senyawa lain mengalami oksidasi (dia sendiri mengalami reduksi)
contoh:
       jadi:
             Zn sebagai pereduksi/reduktor
             HCl sebagai pengoksidasi/oksidator

Reaksi autoredoks atau disproporsionasi adalah reaksi redoks di mana satu unsur/atom mengalami reaksireduksi dan oksidasi sekaligus
Contoh:
      Jadi:
             Cl mengalami reduksi dan oksidasi
Tapi, reaksi autoredoks atau disproporsionasi bukan hanya seperti reaksi di atas. Dapat juga seperti reaksi di bawah ini:
      Kalau reaksi pertama 1 menjadi 2, sedangkan pada reaksi kedua 2 menjadi 1.

3. Aturan Menentukan Bilangan Oksidasi

1. Bilangan oksidasi unsur bebas = 0 (O₂ , H₂ ,  N₂ , Cl₂ , Br₂ dll )
2. Bilangan oksidasi logam dalam senyawa = valensi logam ( gol I A = +1 ,
    Gol II A  = +2 ) (contoh ; K2SO4  , maka bilok K = +1 )
3. Bilangan oksidasi O dalam senyawa = - 2, kecuali dalam peroksida = - 1
      (BaO₂ =  bilok O = -1 )
4. Bilangan oksidasi H dalam senyawa = + 1,  ( H2SO4  , maka bilok H = +1 )
    kecuali pada hidrida = - 1
(NaH  , maka bilok H = -1 )
5. Bilangan oksidasi ion = muatan ion  (Mg²⁺  = +2 )
6. Jumlah bilangan oksidasi semua unsur  pada senyawa ion = muatan ion
    (SO4 -2 , maka biloks SO4 -2  = -2 )
7. Jumlah bilangan oksidasi semua unsur  pada senyawa = 0
    {H2SO4  , maka bilok H2SO4 = 0 )
8. Bilangan oksidasi Unsur golongan B  tergantung anion yang diikatnya. Maka harus diionisasikan dulu {CuSO4  , Cu²⁺  + SO4 -2   maka biloks Cu = +2 

Contoh soal  1:

Tentukan bilangan oksidasi unsur N dalam HNO3
Penyelesaian:
Dari soal ada 3 unsur H,N dan O, maka dua unsur sudah di ketahui dari aturan.
          biloks H = +1
           biloks O = - 2
           bilok HNO3 = 0
Maka Rumusnya ;
         1.biloks H + 1.biloks N + 3 biloks O = 0
         1 + biloks N + 3( -2 ) = 0
         biloks N  = +6-1 = +5


Contoh Soal 2 ;

Tentukan bilangan oksidasi unsur N dalam Fe2(SO4)3
Penyelesaian:
Dari soal ada 3 unsur Fe,S dan O, maka dua unsur sudah di ketahui dari aturan.
             biloks Fe = +3 (  Fe+3    +  PO4-3  )
             biloks O = - 2
             bilok Fe2(SO4)3 = 0
Maka rumusnya
         2.biloks Fe + 3.biloks S + 12. biloks O = 0
         2.( +3) +  3. biloks S  +  12. (-2) = 0
         +6  + 3. biloks S  - 24 = 0
         3. biloks S  = -6  + 24
         biloks S = + 18 / 3 = +6

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِي

Kamis, 07 September 2023

PENYETARAAN REAKSI REDOKS

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

 Petunjuk Pembelajaran 

  1. Pelajari Materi  Penyetaraan reaksi Redoks dan aturan Bilangan Oksidasi dibawah ini ( salin/catat materinya pada catatan buku kimia { wajib }
Pendahuluan

    Reduktor atau pereduksi adalah senyawa yang menyebabkan senyawa lain mengalami reduksi (dia sendiri mengalami oksidasi)

     Oksidator atau pengoksidasi adalah senyawa yang menyebabkan senyawa lain mengalami oksidasi (dia sendiri mengalami reduksi)

contoh:

 jadi:

     Zn sebagai pereduksi/reduktor ( karena mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 ke +2)

     HCl sebagai pengoksidasi/oksidator( karena mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +1 ke 0)

Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron. 

Reduksi adalah reaksi pengikatan atau penerimaan elektron. 

Elektron bermuatan negatif

Penyetaraan persamaan Reaksi

Suatu persamaan dikatakan setara ,jika jumlah atom yang sejenis pada ruas kiri dan kanan sama , begitu juga muatan pada ruas kiri maupun kanan sama.

Pertemuan Ke -2
A. Penyetaraan metode setengah reaksi:
















Contoh:

SOAL :

Setarakan Reaksi berikut :
1. MnO  + PbO    -->   MnO   + Pb²⁺     ( Asam )
2. CrO²   +  CO²   -->Cr³⁺  + CO    ( asam )
3. Zn  +   NO  -->  Zn²⁺  +  NH   (asam )
4. CuS  +   NO    -->  Cu²⁺  + S  +  NO  (asam )


                        اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
unduh nilai ini jika anda sudah kerjakan soal,

Jumat, 25 Agustus 2023

SIFAT KOLIGATIF ELEKTROLIT


       Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengionHal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.

Larutan ini dibedakan atas :

1. ELEKTROLIT KUAT
       Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion ( 𝜶= 1).

Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain

2. ELEKTROLIT LEMAH

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: 0 < 𝜶 < 1.

Yang tergolong elektrolit lemah:

a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain


Contoh:
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
- Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.- Untuk larutan 0,5 molal garam dapur: ( NaCl(aq) --> Na(aq) + Cl- (aq) ) karena terurai menjadi 2 ion ( n = 2 ), maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi.

Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:
α = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula
     

Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1,
sedangkan untuk elektrolit lemahharganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1).
Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya sebagai berikut:
Faktor Van’t Hoff(i)        i = [1+α (n-1)]
1.) Untuk penurunan tekanan uap (rP) dinyatakan sebagai:
         rP = po . Xt. [1+ α (n-1)]

2.) Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:
         rTb = m . K[1 + α (n-1)]
Atau
        rTb = gr/Mr . 1000/p . Kb [1+ α (n-1)] 
3.) Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:
        rTf = m . K[1 + α (n-1)]
Atau
        rT = gr/Mr . 1000/p . Kf [1+ α (n-1)]
4.) Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:
         𝛑 = C R T [1+ α (n-1)]


     (  n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya. )

Contoh:
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)

Jawab:
Larutan garam dapur, NaCl(aq) ➝ 1Na(aq) + 1Cl- (aq)
Jumlah ion = n = 2.

 =>rTb = gr/Mr . 1000/p . Kb [1+ α (n-1)] 
  rTb = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.52 [1+1(2-1)]
        = 0.208 x 2
        = 0.416oC
=> rT = gr/Mr . 1000/p . Kf [1+ α (n-1)]
  rTf = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.86 [1+1(2-1)]
       = 0.744 x 2
       = 1.488oC
Catatan:
Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi kita mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat ionisasinya dianggap 1.

Minggu, 25 Juni 2023

SIFAT KOLIGATIF NON ELEKTROLIT

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.


SIFAT KOLIGATIF LARUTAN NON ELEKTROLIT



1    1. PENURUNAN TEKANAN UAP JENUH (rP)
          Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapanberkurang.
rP = Po - P
Menurut RAOULT:
P = Po . Xp
dimana:
P = tekanan uap jenuh larutan
Po = tekanan uap jenuh pelarut murni
Xp = fraksi mol pelarut
Karena XP + Xt = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:
P = Po (1 – Xt)
P = Po - Po . Xt
Po - P = Po . Xt
sehingga:
rP = Po . Xt
dimana:
rP = penunman tekanan uap jenuh pelarut
Po = tekanan uap pelarut murni
Xt = fraksi mol zat terlarut

Contoh:
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam 90 gram air !
Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.
Jawab:
mol glukosa = 45/180 = 0.25 mol
mol air = 90/18 = 5 mol
fraksi mol glukosa = 0.25/(0.25 + 5) = 0.048
Penurunan tekanan uap jenuh air:

rP = Po. Xt = 18 x 0.048 = 0.864 mmHg

Soal ;
Sebanyak 0,6 gram  urea, CO(NH2)2 dilarutkan dalam 180 gram air pada temperature 25oC.Pada temperaturtesebut tekanan uap jenuh air adalah 23,4 mmHg.Tentukan Uap larutan ? (Ar C=12,O=16,N=14,H=1 ) 

 2. KENAIKAN TITIK DIDIH (rTb)
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.
Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
                                    rTb = m . Kb
dimana:
         rTb = kenaikan titik didih (oC)
             m = molalitas larutan
             Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
Karena : m = (gr/Mr) . (1000/p) ; (gr menyatakan massa zat terlarut)
Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
                                   
rTb = (gr/Mr) . (1000/p) . Kb
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai:
                                   Tb = (100 + rTb)oC
3. PENURUNAN TITIK BEKU ( rTf )
Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai :
                               rTf = m . Kf
dimana:
         rTf = Penurunan titik beku (oC)
             m = molalitas larutan
             Kf = tetapan Penurunan titik beku molal
Karena : m = (gr/Mr) . (1000/p) ; (gr menyatakan massa zat terlarut)
Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagaif
                 rTf = gr/Mr . 1000/p . Kf
dimana:
rTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
gr  = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
                     Tf = (0 -
rTf)oC
Tabel Tetapan kenaikan Titik didih Molal (Kb) dan Tetapan penurunan Titik Beku Molal (Kf) dari beberapa Pelarut (tekanan 1 atm)
Pelarut
Titik Didih (oC)
Kb
Titik Beku (oC)
Kf
Air
100,0
0,52
0,00
1,86
Asan asetat
118,3
3,07
16,6
3,57
Benzena
80,20
2,53
5,45
5,07
Klorofrom
61,20
2,63
-
-

Contoh :
Sebanyak 2,4 gram urea, CO(NH2)2 dilarutkan dalam 50 mL air. Tentukan titik beku larutan! Diketahui Kf air = 1,86 °C/m; Ar C = 12, N = 14, O =16
Penyelesaiannya ;
Diket ;
Massa urea  = 2,4 gram
Volume air = 50 ml
Kf = 1,86 °C/m

Tf = ....?
Mr CO(NH2)2 = ( 1 . Ar C) + (1 . Ar O) + (2 . Ar N)  + (4 . Ar H )
Mr CO(NH2)2 = ( 1 . 12 ) + (1 . 16) + (2 . 14)  + (4 . 1 ) =60




   Tf = 1,488 °C
         Tf = 0 - Tf =  - 1,488 °C
Soal ;
1. Untuk Menurunkan Titik Beku 250 ml air menjadi -0,2 oC pada tekanan 1 atm ( Kf=1,86 ),Berapa jumlah gula( Mr=342) yang harus dilarutkan ?

2. Larutan yang mengandung 20 gram zat non elektrolit dalam 1 liter air (massajenis air 1g/mL) mendidih pada suhu 100,52 °C. Jika Kb air = 0,52 °C, Berapa Mr zat non elektrolit tersebut ?

4. TEKANAN OSMOTIK (𝛑)


Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis).
Menurut VAN'T Hoff tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:
      PV = nRT
Karena tekanan osmotik = 𝛑  maka :
   𝛑= n/V R T = C R T
dimana :
𝛑 = tekanan osmotik (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (mol/liter= M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK

T = suhu mutlak (oK)
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
  disebut larutan Hipotonis.
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
  disebut larutan Hipertonis.
- Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut 
   Isotonis.


 Contoh Soal
      Suatu larutan non elektrolit sebanyak 24 gram dilarutkan dalam air hingga volumenya 250 ml dan mempunyai tekanan osmotic sebesar 32,8 atm pada suhu 27oC.Jika tetapan R= 0,082 Latm/moloK.Hitung Mr zat tersebut ? 

  Penyelesaianya :
  Diketahui :
   mt= 24 gram
   V= 250 ml
   𝛑 = 32,8 atm
  t  = 27 C = 300 K
  R = 0,082
  Ditanya  Mr zat terlarut ?

  𝛑  = n/V R T
   𝛑 =  gr/Mr . 1000/v
   Mr  gr/𝛑 . 1000/v
   Mr = (24/32,8) . (1000/ 250 ). 0,082 . 300
    Mr     =  72

Soal ;

Sebanyak 1,71 gram gula tebu, C12H22O11 dilarutkan dalam air, sehingga volumenya menjadi 250 mL. Bila Ar C = 12; O =16; H = 1, berapa tekanan osmotiknya pada suhu 27 oC?